Pada tahun 1963 presiden John Kennedy mengatakan, “perdamaian adalah proses harian, mingguan, bulanan, dalam opini yang terus berubah, pelan – pelan menggerus rintangan lama, diam – diam membangun struktur baru.
Pendidikan multicultural
adalah pendidikan yang menghargai perbedaan dan mewadahi beragam persfektif
dari berbagai kelompok cultural.
Tujuan pendidikan multicultural adalah
pemerataan kesempatan bagi semua murid. Dan ini termasuk mempersempit gap dalam
prestasi akademik antara murid kelompok utama dengan murid kelompok minoritas.
Pendidikan multicultural
muncul dari gerakan hak – hak sipil pada tahun 1960-an dan gerakan untuk
pemerataan kesetaraan dan keadilan social dalam masyarakat untuk wanita serta
orang kulit berwarna. Pendidikan multicultural mencakup isu – isu yang
berkaitan dengan status ekonomi, etnisitas, dan gender.
Komponen utamanya
adalah reduksi prasangka dan pedagogi ekuitas. Reduksi prasangka adalah
aktivitas yang dapat diimplimentasikan guru dikelas untuk mengeliminasi
pandangan negative dan sterotip terhadap orang lain. Pedagogi ekuitas adalah modifikasi
proses pengajaran dengan memasukkan materi dan strategi pembelajaran yang tepat
baik itu untuk anak laki – laki maupun perempuan dan untuk semua kelompok
etnis.
MEMBERDAYAKAN MURID
Pemberdayaan (empowerment)
berarti member orang kemampuan intelektual dan keterampilan memecahkan masalah
agar berhasil dan menciptakan dunia yang lebih adil.pada tahun 1960 sampai 1980
an, pendidikan multicultural dititikberatkan pada usaha memberdayakan murid dan
memperbaiki representasi kelompok minoritas dan cultural dalam kurikulum dan
buku ajar.
Menurut pandangan ini,
sekolah harus member murid kesempatan untuk belajar tentang pengalaman,
perjuangan, dan visi dari berbagai kelomok cultural dan etnis yang berbeda –
beda. Harapannya adalah meningkatkan rasa harga diri minoritas, mengurangi
prasangka, dan memberikan kesempatan
pendidikan yang lebih setara. Harapan lainnya yaitu membantu murid kulit
putih untuk menjadi lebih toleren kepada kelompok minoritas dan agar baik itu
murid kulit putih dan kulit bewarna akan mengembangkan beragam persfektif dalam
kurikulumnya.
Sonia Nieto (1992),
seorang keturunan Puerto Rico yang besar di New York City, percaya bahwa pendidikannya
membuatnya merasa latar belakang kulturalnya kelihatan aga buruk. Dia
merekomendasikan sebagai berikut :
·
Kurikulum sekolah harus jelas antirasis
dan anti diskriminasi.
·
Pendidikan multicultural harus menjadi
bagian dari setiap pendidikan murid.
·
Murid harus dilatih untuk lebih sadar
budaya.
PENGAJARAN YANG RELEVAN
SECARA KULTURAL
Pengajaran yang relevan
secara cultural adalah aspek penting dari pendidikan multicultural. Pengajaran ini
dimaksudkan untuk menjalin hubungan dengan latar belakang cultural dari
pelajar.
Pakar pendidikan multicultural
percaya bahwa guru yang baik akan mengetahui dan mengintegrasikan pengajaran
yang relevan secara cultural ke dalam kurikulum karena akan membuat pengajaran
menjadi lebih efektif.
PENDIDIKAN YANG
BERPUSAT PADA ISU
Pendidikan yang
berpusat pada isu juga merupakan aspek penting dari pendidikan multicultural. Pendekatan
ini, murid di ajari secara sistematis untuk mengkaji isu – isu yang berkaitan
dengan kesetaraan dan keadilan social. Pendidikan ini tak hanya mengakaji
nilai, tetapi juga mengkaji alternative dan konsekuensi dari pandangan tertentu
yang di anut murid.
MENINGKATKAN HUBUNGAN
DI ANTARA ANAK DARI KELOMPOK ETNIS YANG BERBEDA – BEDA.
Kelas
jigsaw.
Kelas jigsaw adalah
kelas dimana murid dari berbagai latar belakang cultural yang berbeda diminta
bekerja sama untuk mengerjakan beberapa bagian yang berbeda dari satu tugas
untuk meraih tujuan yang sama.
Kontak
personal dengan orang lain dari latar belakang cultural yang berbeda.
Kontak personal itu
sendiri tidak selalu berhasil menigkatkan hubungan. Misalnya: memasukkan anak
minoritas ke bis sekolah yang didominasi kulit putih, atau sebaliknya, tidak
selalu bisa mengurangi prasangak ata memperbaiki hubungan antar etnis. Yang penting
disini adalah apa yang terjadi setelah anak tiba di sekolah.
Pengambialn
Persfektif
Latihan dan aktivitas
yang membantu murid melihat persfektif orang lain dapat meningkatkan relasi
antar etnis. Latihan ini didesain untuk membnatu murid memahami gegar budaya
yang muncul sebagai akibat dari berada di setting cultural diman orang
berperilaku dengan cara yang berbeda dengan yang biasa dilakukan murid.
Pemikiran
kritis dan intelegensi emosional
Murid yang belajar
berpikir secara mendalam dan kritis tentang relasi antar etnis kemungkinan akan
berkurang prasangkanya dan tak lagi mensterotipekan orang lain. Intelegensi emosional
bermanfaat bagi hubungan antar etnis.
Mengurangi
bias
Loise Derman – Sparks dan
anti bias Curriculum Task Force (1989) menciptakan sejumlah alat untuk membantu
anak mengurangi, mengelola, atau bahkan mengeliminasi bias.
Berikut ini beberapa
strategi antibias yang direkomendasikan untuk guru :
1.
Ciptakan lingkungan kelas antibias
dengan memasang gambar anak dari berbagai latar belakang etnis dan cultural.
2.
Pilih materi drama, seni, dan aktivitas
kelas yang memperkaya pemahaman atnis dan cultural.
3.
Gunakan boneka persona untuk anak kecil.
4.
Bantu murid menolak sterotip dan
diskriminasi
5.
Ikutlah dalam aktivitas peningkatan
kesadaran untuk memahami pandangan cultural
6.
Bangun dialog guru/ orang tua yang
membuka diskusi tentang masing – masing pandangan.
Meningkatkan
Toleransi
Teaching tolerance
project menyediakan sumber daya dan materi kepada sekolah untuk meningkatkan
pemahaman antarkultur dan hubungan antara anak kulit putih dengan kulit
bewarna.
Sekolah
dan komunitas sebagai satu tim
Psikiater dari Yale,
James Comer percaya bahwa tim komunitas merupakan cara terbaik untuk mendidik
anak. Ada tiga aspek penting dari Corner yaitu : 1. Pemerintah dan tim
manajemen yang mengembangkan rencana sekolah yang komprehensif, penilaian
strategi, dan program pengembangan staf. 2. Tim pendukung sekolah dan kesehatan
mental. 3. Program orang tua.