Sabtu, 19 April 2014

Psikologi Pendidikan "Observasi Sekolah MAN 2 Model Medan"

Arifa Ulia Bahri (131301053)
Riyan Kurnia Aswari (121301060)
Azrah S (131301017)
Elfira Deviyanti Nasution (131301041)
Khalishah Fitri (131301049)

LAPORAN:




EVALUASI:

a.       Evaluasi terhadap kinarja kelompok

Sekolah yang kami observasi beralamat di Jalan Willem Iskandar No. 7A Pancing, MAN 2 Model Medan. Kami melakukan observasi pada hari senin tanggal 7 april 2014. Sebelumnya kami sudah tiga kali ke lokasi yaitu pertama untuk meminta persetujuan sekolah pada tanggal 29 maret 2014, yang kedua untuk mengantarkan surat izin yang kemudian di proses oleh sekolah pada tanggal 3 april 2014. Setelah sekolah setuju dengan akan dilaksanakannya observasi dan mengizinkan kami untuk datang di tanggal 5,6,atau pun 7 april 2014. Kali ketiga kami kesekolah, di tanggal 5 april 2014 sebenarnya adalah untuk observasi, tetapi karena beberapa kendala seperti penyesuaian jadwal antar masing-masing anggota, dan kendala turunnya hujan deras sementara sekolah yang kami tuju kira-kira 1 jam perjalanan dan ditempuh naik angkot sampai akhirnya kami tiba di sekolah 30 menit sebelum proses belajar mengajar berakhir. Hal ini merupakan kelalaian kelompok yang seharusnya waktu dan kendala dapat diperkirakan terlebih dahulu. Oleh karena keterlambatan itu, kami memutuskan untuk melakukan observasi di tanggal 7 april 2014. Kami tiba di MAN 2 Model  pukul 08.30 WIB dan masuk kelas untuk observasi di pelajaran kedua pukul 09.00 WIB – 11.30 WIB.

Kelompok terdiri dari 5 orang, observasi di kelas kami lakukan bersama-sama dimana masing-masing orang bertanggung jawab atas ketiga poin yang akan di observasi. Satu orang menanggungjawabi dinamika pembelajaran antara siswa dan guru; cara berbicara, sorot tatap mata, dan body language. Satu orang menanggungjawabi  setting ruangan kelas (tata letak ruangan dan alat-alat belajar serta perabot, barang-barang yang ada di ruangan kelas). Satu orang menaggungjawabi bagian setting lokasi sekolah secara menyeluruh (jumlah kelas, terdapat halaman, rumah ibadah, laboratorium, dsb. Satu orang bagian dokumentasi dan satu lagi bagian koordinasi dengan pihak sekolah. Semua anggota kelompok saling membantu dalam menyelesaikan tugasnya. Setelah selesai observasi, masing-masing anggota kelompok membuat laporannya sesuai dengan pembagian tersebut diatas.


Metode riset deskriptif yaitu observasi yang di lakukan adalah observasi alamiah dimana perilaku diamati di dunia rill, observasi terhadap perilaku dalam situasi alami. Dalam teknik ini, peneliti tidak boleh mempengaruhi orang yang diteliti, sehingga peneliti berupaya agar orang-orang yang diamatinya tidak memperhatikan keberadaan peneliti. Upaya untuk melakukan observasi alamiah sesuai pengertiannya sudah dilakukan oleh kelompok yaitu hanya memberi tahu tujuan dan yang akan kami observasi kepada pihak sekolah dan guru yang mengajar di kelas yang di observasi. Namun ketika kami masuk kelas, guru yang mengajar ternyata memberitahu kepada murid maksud kedatangan kami sehingga ada kesan packing dalam proses pembelajaran baik itu oleh guru maupun siswa. Ditambah lagi dengan kondisi dalam kelas yang memudahkan murid-murid untuk menaruh perhatiannya pada kami. Kami melakukan observasi dari belakang kelas agar tidak mengganggu perhatian murid pada pelajaran, tetapi model tempat duduk siswa yang merapat sampai kedinding belakang sehingga kami harus duduk berdekatan dengan murid-murid bagian belakang menjadi salah satu penyebab terbaginya perhatian murid dalam kelas.

b.      Evaluasi hasil observasi

·         Mulai dari berbicara gesture dilihat dari sorot mata yang tajam dan mendalam kepada para murid guna membantu para murid dapat belajar secara optimal. Dari interaksi dinamika yang di dalam kelas. Terlihat bersifat aktif dinamika di dalam kelas walaupun kurang kondusif namun para siswa sangat antusias menjawab pelajaran dari guru. Evaluasi dari segi kedekatan antara guru dengan murid bersifat jarak yang personal untuk membantu siswa mempelajari pelajaran. Metode yang digunakan dengan SCL(Student Centre Learning) terlihat dengan guru hanya memberikan sedikit dan sisanya murid yang berperan aktif di dalam proses belajarnya.

·         Manajemen kelas yang efektif tentu sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan kesempatan pembelajaran siswa (Charles,2002;Everston,Emmer,&Worsham,2003). Suasana kelas dan fasilitas yang mendukung tentu akan menunjang proses belajar mengajar. Didalam kelas XI-IPS 1 ini terdiri dari 40 orang yang terbagi menjadi 16 orang siswi dan 24 orang siswa. Gaya penataan meja siswa memakai model auditorium, dimana semua siswa duduk menghadap guru. Meja siswa berpasangan yang terdiri dari 4 baris kesamping dan5 baris kebelakang. Gaya penataan meja siswa ini sudah baik, dari setiap sisi tempat duduk siswa, siswa dapat melihat kearah guru dan papan tulis  yang berada dibagian tengah depan kelas dengan jelas.


·         Berdasarkan teori perkembangan Piaget dimana anak SMA yang berusia kira-kira 14-17 tahun berada pada tahap operasional formal (tahap perkembangan Piaget). Yaitu, siswa sudah mulai memikirkan hal-hal yang abstrak, idealis, dan logis. Remaja mulai memikirkan kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka. Dalam tahap kognitif ini juga berkembang sikap egosentris pada siswa. Selalu ingin diperhatikan, menjadi pusat perhatian dan merasa unik serta berbeda dengan orang lain. Hal ini terlihat saat di dalam kelas beberapa siswa dengan sengaja berjalan-jalan dan membuat sedikit kericuhan agar dilihat oleh temannya, guru, maupun kami yang sedang melakukan observasi di belakang.

·         Berdasarkan teori perkembangan rentang hidup Erikson siswa SMA berada di tahap Identitas vs kebingungan identitas, masa remaja (10-20 tahun). Remaja berusaha mencari tahu jati dirinya, dan kemana mereka akan menuju. Ramaja perlu diberi kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai cara untuk memahami identitas dirinya. Apabila remaja tidak cukup mengeksplorasi dirinya maka identitas dirinya tidak akan bisa ia temukan. Hal inilah yang mempengaruhi konsistensi dan antusiasme siswa dalam belajar. Terlihat ada keinginan untuk menemukan jati diri pada setiap siswa yang membuat mereka terus menonjolkan kemampuan dan keunikan dirinya. Kelas yang kami observasi adalah kelas IPS, pilihan siswa untuk masuk ke kelas IPS ini juga menjadi salah satu bukti bahwa mereka memiliki orientasi terhadap masa depan mereka, untuk menemukan jati diri mereka.


·         Fungsi kognitif berasal dari situasi sosial (Vygotsy). Tugas yang sulit dikuasai anak sendirian akan lebih mudah dipelajari dengan bantuan orang yang lebih dewasa (guru) atau anak lain yang lebih mampu atau Zone Proximal Development. Setelah  siswa mendapat instruksi verbal atau demokrasi kemudian mereka menata informasi dalam struktur mental mereka dengan bantuan orang yang lebih mampu. Sehingga siswa akhirnya bisa melakukan suatu tugas itu tanpa bantuan orang lain. Pada saat siswa praktek mengerjakan apa yang sudah diinstruksikan oleh guru, guru berkeliling untuk melihat bagaimana siswa mengerjakan tugas tersebut dan membantu siswa yang kesulitan. Berkali-kali guru bertanya, sudah paham? Masih ada yang mau bertanya? Dengan tujuan guru mengetahui siswa mana yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya untuk kemudian di bantu oleh guru. Di barisan siswa juga terlihat mereka saling bertanya satu sama lain. Siswa yang dianggap telah meguasai materi tersebut kemudian menjelaskan kepada teman lain yang butuh bantuan menyelesaikan tugas tersebut.

·         Di dalam kelas terlihat praktek pembelajaran asosiatif ini. Pertama-tama saat akan menerangkan pelajaran di papan tulis, guru memberikan stimulus berupa kata-kata “perhatikan!” dan siswa pun mulai mendengarkan guru. Kemudian kondisi kedua guru mengatakan “perhatikan” sambil berjalan mengambil spidol dan siswa-siswi pun memperhatikan guru. Kejadian ini beberapa kali berulang, hingga akhirnya ketika guru mulai berjalan dan mengambil spidol, tanpa mengucapkan kata “perhatikan”, siswa sudah mengerti bahwa guru akan menerangkan sesuatu dan mulai memperhatikannya.  (classical conditioning). Merupakan bentuk pembelajaran asosiatif di mana stimulus netral diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan memunculkan kemampuan untuk mengeluarkan respons yang serupa.


·         Ketika guru menginstruksikan untuk mempraktekkan yang sudah di terangkan, ada siswa yang kemudian mengerjakan dengan antusias dan menyelesaikannya. Guru pun memuji tugasnya dan siswa itu semakin semangat mengerjakan tugas berikutnya. Sebaliknya ketika ada siswa yang bermalas-malasan, guru menegurnya, dan siswa itu pun mulai mengerjakan tugasnya. (operant conditioning). Merupakan bentuk pembelajaran di mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan pada kemungkinan perilaku yang akan diperkuat atau tidak.

·         Teori Kognitif Sosial (social cognitive theory) menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang berkontribusi pada teori kognitif sosial ini merupakan pembelajaran observasional. Pembelajaran Observasional disebut juga imitasi atau modelling, adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Ketika seorang siswa rajin dan pintar mendapat sanjungan dari guru, siswa lain pun menjadikannya sebagai model yang kemudian di contoh perilakunya agar bisa menjadi seperti siswa pintar tersebut dan mendapat sanjungan dari guru. Guru juga menjadi model bagi siswa, ketika guru menerangkan pelajaran, menjelaskan bagaimana cara membuat tabel dan cara mengerjakan tugas dalam pelajaran ekonomi, siswa memperhatikan guru dengan baik. Siswa mengobservasi apa yang di lakukan guru terhadap pelajaran tersebut dan kemudian menerapkannya ketika mengerjakan tugas itu sendiri.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar